WISATA AERMATA EBHU
Dalam wisata aermata ebhu tersebut banyak cerita yang menggambarkan cinta seorang wanita
di Indonesia, salah satunya adalah Makam Air Mata Ratu Ibu di Madura.
Makam Air Mata Ibu berada di Desa Buduran,
Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Makam
air mata ibu di Arosbaya mempunyai hubungan yang begitu erat dengan sejarah
Madura ketika masih di kendalikan oleh Mataram. Makam aer mata Ibu adalah
makamnya Nyai Syarifa Ambami yang ternyata adalah istrinya Cakraningrat 1.
Wanita keturunan dari Sunan Giri ini adalah seorang istri yang sangat taat,
patuh dan sangat mencintai suaminya, Raja Cakraningrat adalah seorang raja yang
sangat dihormati dan diagungkan oleh masyarakat Madura pada saat itu. Raja
Cakraningrat memimpin Madura pada tahun 1624 atas perintah Sultan Agung dari Mataram.Raja
Cakraningrat terkenal akan kepandaiannya, kepawaiannya, dan tenaga yang kuat
untuk menjadi seorang pemimpin. Maka, Sultan Agung Mataram membutuhkan jasa
Raja Cakraningrat untuk membantunya membangun Mataram. Sehingga, Ratu Ibu
sering ditinggal oleh suami tercintanya. Perasaan sedih pun melanda Ratu Ibu,
walaupun istri seorang raja, tapi hatinya adalah hati wanita biasa. Hampir
siang malam beliau sedih karena ditinggal suaminya bertugas ke Mataram.Ratu Ibu
memilih untuk bertapa ketika perasaan sedih mengguncang dirinya.
Dalam pertapaannya, Ratu Ibu
meminta kepada Yang Maha Kuasa agar suaminya tetap sehat dan agar kelak tujuh
turunannya bisa menjadi pemimpin dan penguasa Madura.Hingga suatu hari saat
Raja Cakraningrat pulang ke Madura, perasaan Ratu Ibu pun berbunga-bunga.
Selain senang karena suaminya pulang, Ratu Ibu juga bercerita dirinya bertapa
dan berdoa agar tujuh keturunanya menjadi pemimpin Madura. Namun, bukannya rasa
senang atau pun pujian yang diucapkan oleh Raja Cakraningrat, tetapi justru
kemarahan dan kekecewaan. Raja Cakraningrat kesal karena istrinya hanya berdoa
agar tujuh turunannya yang menjadi raja. Sebab, Raja Cakraningrat ingin semua
keturunannya menjadi pemimpin Madura. Mendengar hal tersebut Ratu Ibu pun sedih
dan merasa bersalah. Saat suaminya kembali ke Mataram untuk bertugas, Ratu Ibu
kembali ke pertapannya di Desa Buduran. Saat bertapa Ratu Ibu terus menangis
tanpa henti, hingga konon air matanya membanjiri tempat pertapannya. Hal
tersebut terus berlangsung hingga beliau wafat.Di Desa Buduran, tidak hanya
terdapat makam Ratu Ibu. Di sana juga terdapat makam Raja Madura dari abad
ke-16 hingga ke abad ke-19. Konon makam raja tersebut adalah tujuh turunan dari
sang Ratu Ibu. Di dalam pemakaman ini dibagi menjadi tiga halaman yang
masing-masing halaman mempunyai gapura penghubung.
· * Halaman pertama berpintu
gerbang berundak, sebanyak 46 buah anak tangga. Di halaman ini terdapat
bangunan yang menyimpan koleksi benda-benda masa Cakraningrat, yang kini juga
berfungsi sebagai kantor
· * Halaman kedua adalah halaman
antara, yang mempunyai gerbang di sebelah barat menuju masjid kompleks
· * Halaman ketiga sebagai tempat
pemakaman utama para bangsawan Cakraningrat dan keluarganya.
Seni dekoratif pada pemakaman
ini umumnya berupa ukiran sulur, motif bunga, dan kaligrafi. Ukiran pada makam
(jirat) dibuat lebih halus dan indah berbentuk motif bunga dan kaligrafi.
Bentuk makam menyerupai bentuk susunan candi, yaitu susunan kaki, badan, dan
atap berupa dua buah nisan. Makam-makam dibangun di atas alas bangunan (batur)
setinggi 75 cm dari permukaan tanah, yang terbuat dari batu putih, kayu, dan
genting. Pada batur tersebut terdapat tangga, yang pada sisinya terdapat
dekorasi berbentuk sulur-sulur dan dedaunan.
Pada bagian utara pemakaman
utama terdapat gunungan (praba) yang selain sebagai hiasan penyekat juga
berfungsi sebagai penahan angin. Hiasan pada gunungan berbentuk padma,
sulur-sulur, geometris, dan tumpal. Selain nilai sejarah yang tinggi, keunikan
seni arsitektur pada makam dan beberapa pahatan batu di sekitar makam
menjadikan suasana makam ini begitu sakral dan mistis. Tidak sedikit pula
traveler datang ke tempat ini untuk berwisata ziarah.Dengan berkunjung ke Makam
Ratu Ibu, bagi para wanita akan mendapatkan pelajaran tentang pengorbanan dan
rasa iklhas sebagai seorang istri. Serta bagi para pria, Anda akan lebih
belajar dan lebih menghargai tentang perasaan dan hati seorang wanita.
Dengan
banyak nya makam makan keturunan dari keluarga Cakraningrat dan Syarifah Ambami maka banyak
masyarakat yang menjadi wisata ini sebagai wisata religi. Syarifah Ambami sendiri
masih keturunan Sunan Giri di Gresik. Di pemakaman ini terdapat mata air
yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Mata air yang terletak di bawah
bukit tempat petilasan itu dipercaya oleh banyak orang bisa membawa berkah dan
juga menyembuhkan berbagai macam penyakit. Jadi tidak heran bila banyak
peziarah yang langsung turun menuju ke mata air tersebut setelah mengunjungi
makam Ibu Ratu. Mata air ini juga tidak pernah kering atau surut walaupun musim
kemarau melanda.
0 komentar:
Posting Komentar